Lagi di Medan 2011
Aku adalah anak terakhir dari ayah dan ibuku, Ali Bakri Tanjung dan Syarifah Hotma Daulay. Aku termasuk blasteran juga, gabungan klan Batak dan Minang. Bersyukur punya 2 abang (Zul Hamdi Bakri Tanjung & Ahmad Iqbal Tanjung) dan 1 kakak yang cantik, baik hati, perhatian (hampir semualah kebaikan, tak cukup untuk dituliskan) my sister Khoiriyah Shofiyah Tanjung. Perbedaan kami cukup untuk mengingatkan untuk saling menjaga diri. Perhatian adalah yang paling penting, jika seseorang tak berhasil (gagal = terlalu kejam), saudara yang lain akan memberi solusi. Memang saya sedikit lain, mereka bertiga umurnya berjarak berdekatan, sekolah hampir sama dan yang lain. Meski begitu, perbedaan jadi tak berarti karena kami sudah saling memiliki, bahwa kami satu kesatuan. Saya kira keluarga kami lain dari keluarga yang lain, sedikit lebih kompak. Itulah yang membuat saya bangga, kami memang tak memiliki apa yang mereka miliki. Tapi, mereka juga tak memiliki apa yang kami miliki. Aaarghhhh, jadi ribet. Kebanggaan akan apa yang kita miliki membuatnya berbeda. Itulah yang kami miliki, sedikit hal terindah yang pernah ada. Kedua orangtualah yang berperan, beliau telah membawa dan membimbing kita. Meski kita jauh, hati kita selalu dekat dan bersatu.
I miss u all.
Masa kecil adalah masa terindah terindah, banyak orang ingin kembali ke masa itu. Begitu juga aku. Aku diajak teman untuk satu kelas dengannya di SD. Tapi gagal, takdir mempertemukanku dengan teman yang baru. Yang sekarang setiap orangnya sudah berubah dan berubah. Pokoknya seru, memang jika ada pilihan kita harus memilih sesuatu yang tak ada dalam pilihan. Memberontak bukan berarti merusak, tapi mengubah sesuai apa diri kita. Mengubah untuk menyesuaikannya dengan kemampuan kita. Daripada kita memaksa dan sakit hati, lebih baik terpaksa dan hatipun harus senang. Teman-teman yang takkan ku lupa, teman-teman masa kecil dimana kami sama-sama tumbuh besar. Berubahlah jadi sahabat, sahabat yang takkan kulupa. Waktupun memisahkan dan waktupun akan mempertemukan kita kembali.
Masa remaja (puber) masa yang berat, aku pun masuk dalam asrama. Padahal masih kecil kecil dan anak terakhir, tapi visi adalah masa depan. Disitulah aku didik jadi manusia iptek dan imtaq. Meski berat, segalanya akan ringan jika dijalani. Perbedaan-perbedaan yang menyatukan, meski hanya 3 tahun dan lebih singkat. Mereka yang lebih tersimpam dalam memory, andai ada memory tambahan mereka akan kusimpan kembali agar tak hilang. Aku memang tak menonjol saat itu, semoga saja orang bosan kepada yang menonjol saat itu. Jauh dari orang tua adalah hal biasa, karena itu kami lain daripada yang lain. Kami berbeda, perbedaan yang dicari-cari.
3 tahun kemudian harus dilalui, aku putuskan tak bersama lagi. Tapi, takdir berencana lain, meski jarak terpisah tempat tetap sama. Perlahan kenangan terlupa karena harus ditulis masa depan yang baru. Kecuali kenangan terindah. Kini kami hanya 14 orang plus 1. Itulah yang menjadi kesan tersendiri, meski sudah lewat merekalah yang sekarang kumiliki dan nanti. Mereka teman remaja menjelang dewasaku, dimana-dimana teman SMA-lah yang paling dekat dengan masa lalu kita. Teman masa depan kita adalah teman kuliah dan teman kerja. Tapi aku belum melalui keduanya.
(ku tulis saat aku belum kuliah, dan temanku sudah kuliah, kini aku anak IT di UnSri bersama teman yang baru lagi... life is adventure)
Maju tak gentar, membela yang benar, tetap semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar